Jakarta,neodetik.com || Hari Arafah, tanggal 9 Dzulhijah, umat Islam melaksanakan ibadah haji dengan melakukan wukuf di padang Arafah. Bagi yang tidak melaksanakan ibadah haji, disunahkan untuk berpuasa Arafah sesuai Hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Muslim, Ahmad, Ibnu Majah dan abu Daud. “Puasa pada hari Arafah dapat menghapuskan dosa selama dua tahun yaitu setahun yang lalu dan setahun yang akan datang”. Esok harinya Jumat 10 Dzulhijah , bertepatan dengan tanggal 6 Juni 2025 umat Islam seluruh dunia melaksanakan shalat Iduladha, di lapangan dan masjid-masjid kaum muslimin
Ada tiga kegiatan ibadah penting dalam rangkaian Iduladha, yaitu ibadah haji di tanah suci Makkah bagi yang mampu dan mau (mendapat panggilan dan undangan Allah), shalat Iduladha beserta takbir dan menyembelih hewan qurban bagi yang melaksanakan. Ibadah haji adalah panggilan Allah swt, tidak semua orang yang mampu (kaya harta) pasti bisa melaksanakan dan orang yang kurang mampu (tidak kaya) justru bisa mampu menjalankan ibadah haji ke tanah suci kalau Allah berkehendak dan saatnya dipanggil.
Haji ditempatkan pada rukun Islam yang kelima atau terakhir setelah seorang muslim bisa memenuhi rukun yang pertama hingga keempat. Haji merupakan ibadah yang yang mengandung dimensi yang komplek baik materiil maupun spiritual. Mereka harus membulatkan niatnya, rela membayar biaya haji, meninggalkan keluarga sampai 40 hari, memerlukan fisik yang prima karena kegiatan fisik sangat mendominasi, harus punya badan yang sehat dan jiwa yang kuat. Ibadah haji harus berserah diri kepada Allah, karena tidak sedikit mereka ada yang meninggal dunia di tanah suci.
Kenyataan menunjukkan mereka yang berhaji cukup banyak yang berumur manula, yang sangat rentan dengan berbagai gangguan suhu ekstrem, cuaca yang tidak terbiasa dan suasana yang berbeda dari biasanya dan mendapatkan gemblengan spiritual di tanah suci. Menyembelih hewan qurban adalah peristiwa yang heroik dan mengharukan tapi berakhir dengan sebuah ketulusan atau keikhlasan menjalankan perintah Allah dan sebagai bentuk syukur atas nikmat yang telah kita terima.
Janji Allah pasti ditepati, seperti yang tersurat dalam QS 14 ayat 7 : “ Dan ingatlah ketika Tuhanmu memaklumkan, Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah nikmat kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari nikmat-Ku, maka pasti azabKu sangat berat”. Dua janji Allah yang lain adalah: 1. Berdoalah kepada Allah, pasti Allah akan mengabulkan doamu dan 2. Bila engkau dekat maka Allah pun akan dekat. Semua tersurat dalam kitabNya.
Ujian untuk berbuat kebaikan juga terjadi dengan sahabat kami, pada usia sekitar 70 tahun, sudah mendaftar ibadah haji melalui sebuah biro bodong akhirnya uang hilang dan menangislah dia. Tidak berhenti sampai situ saja, menabung beberapa tahun dan ingin ibadah haji dengan istrinya, telah melunasi ONH dan tahun ini rencananya berdua menjalankan ibadah haji tapi Allah menguji lagi dengan sakit karena jatuh sehingga dinyatakan batal berangkat sedangkan istrinya berangkat sendiri. Demikianlah ujian bertubi tubi dari Allah, maka bersyukurlah bagi mereka yang lolos ujian dan bisa menjalankan ibadah haji. Namun demikian, sahabat yang batal berangkat haji sampai ajalnya tiba dan sudah berniat dengan membayar semua biaya, mudah-mudahan mendapatkan pahala ibadah haji.
Mulai hari Jumat tanggal 5-9 Juni 2025 setelah (magrib) berbuka bagi yang berpuasa Arafah mengumandangkan Takbir (Allahu Akbar), Tahmid (Alhamdulillah) dan Tasbih (Subhanallah). Takbir artinya Allah Maha Besar, Tahmid artinya Segala puji bagi Allah dan Tasbih artinya Maha Suci Allah. Ketiganya diucapkan hingga hari tasyrik berakhir, yang menunjukkan pernyataan keagungan Allah, pujian dan rasa syukur kepada Allah dan kesucian dan keagungan Allah. Ketiga ucapan zikir tersebut merupkan zikir yang disukai oleh Allah dan RasulNya.
Setiap perintah dalam Islam pasti mengandung hikmah dan kebaikan yang dalam. Hikmah yang terkandung didalamnya baik hikmah spiritual maupun material, baik hikmah yang terkait dengan hubungan manusia dengan Tuhannya ataupun dengan sesama manusia, atau keduanya yang dikenal dengan habluminallah dan habluminannas. Statemen tersebut tentu berlaku bagi mereka yang beriman sebagai pondasi dalam berislam. Sesuai kaidah “dimana ada syara (aturan) pasti disitu ada maslahat”. Demikian juga Iduladha mengandung pelajaran yang beragam mulai dari ketaatan seorang hamba pada sang Pencipta sampai pada kepeduliaan sosial.
Oleh karena bila kita perhatikan secara seksama ayat dalam Al-Qur’an maka kata Iman dan amal shaleh selalu disandingkan, yang didambakan setiap muslim karena pahalanya sangat tinggi yaitu surga. Perintah menyembelih anak lelaki yang sangat disayangi, diabadikan dalam Al-Qur’an surat As Saffat 99-109 mengandung hikmah bahwa manusia yang beriman akan diuji oleh Allah swt dengan ujian yang ringan sampai berat sesuai kemampuannya.
Ibrahim mendapat anak yang shaleh dan sabar setelah beberapa tahun dan dengan usia yang sudah tua belum memiliki keturunan, akan tetapi tiba-tiba mendapat perintah melalui mimpi yang berulang dan ujian itu dilewatinya dengan sukses, bukan Ismail yang jadi kurban tapi diganti seekor kambing besar dan Ibrahim sebagai nabi yang patuh melaksanakan perintah Allah mendapat pujian dari Allah dengan kalimat : “ Selamat sejahtera bagi Ibrahim “. Tidak ada yang sulit bagi Allah bila menghendakinya seperti tercermin dalam kisah Ibrahim yang kadang tidak bisa diterima secara rasional atau keilmuan.
Penyembelihan hewan qurban memberikan pelajaran bagi kita bahwa setiap ibadah hendaklah didasarkan pada ketakwaan dan keikhlasan. Daging dan darah hewan qurban tidak akan sampai kepada Allah akan tetapi ketaqwaannya. Peristiwa Siti Hajar yang ditinggal bersama Ismail yang masih kecil di padang pasir tandus dan kering oleh suaminya Ibrahim dalam perjalanan Mekah – Mina, menunjukkan ketaatan karena Iman. Ibrahim meninggalkan istri dan anaknya tanpa menoleh sedikitpun di dua bukit gersang yang kini dikenal bukit Safa dan Marwa yang jadi tempat bersejarah bagi jamaah haji. Diabadikan dalam ibadah sa’i pada prosesi ibadah haji yang harus dikerjakan. Siti Hajar percaya bahwa kepergian suaminya atas perintah Allah maka Allah pasti akan menolong hambanya. Siti hajar berdoa bolak balik diantara bukit Safa dan Marwa sambil melihat sang putra kesayangannya yang menangis karena kehausan dan keniscayaanpun terjadi, ketika sang bayi ismail menghentakkan tumitnya ke tanah dan keluarlah mata air Zam-zam yang sampai sekarang menjadi sumber air minum bagi para jamaah haji. Allah swt akan memberi jalan keluar pada setiap kesulitan, seperti yang difirmankan dalam Al-Qur’an bahwa “Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan”, sampai diulang dua kali dalam QS : 94 ayat 5 dan 6.
Peringatan hari besar dalam Islam selalu bernafas ketauhidan dan kemuamalahan, yang dalam setiap peristiwa sejarah Islam selalu disandingkan. Maka dalam beberapa ayat Al-Qur’an difirmankan bahwa yang akan menghuni surganya Allah swt adalah orang yang beriman dan berbuat kebaikan atau amal shaleh. Maka setiap kita memperingati hari besar Islam harus selalu merefleksikan diri dalam dua ranah tersebut. Tauhid adalah kunci kebaikan, sehingga kebaikan yang tidak dilandasi Tauhid, bagaikan fatamorgana, hanya baik menurut pandangan manusia. [ ]
Sumber: Papua muslim