Kupang, neodetik.com || Potret kepedulian masyarakat kecil kembali menyadarkan publik akan kegagalan negara dalam memenuhi tanggung jawab dasarnya. Di Desa Tunbaun, Kecamatan Amarasi Barat, Kabupaten Kupang, warga rela mengumpulkan dana secara swadaya untuk memperbaiki jalan rusak yang sudah lama tak disentuh oleh pemerintah.
Aksi kolektif masyarakat ini mendapat sorotan dan apresiasi dari Asten Bait, salah satu tokoh muda Kabupaten Kupang yang dengan lantang menyampaikan kritik tajam terhadap Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Pemerintah Kabupaten Kupang.
“Saya terharu dan beri apresiasi atas tindakan masyarakat kecil yang berinisiatif menggalang dana demi perbaikan jalan. Ini adalah bentuk keprihatinan sekaligus kritik keras kepada pemerintah daerah yang sejauh ini abai,” ungkap Asten.
Menurutnya, apa yang dilakukan oleh warga Tunbaun bukan sekadar aksi gotong-royong biasa, melainkan "tamparan keras" kepada pemerintah yang selama ini menutup mata terhadap realitas pahit yang dihadapi masyarakat di pelosok.
“Ini bukan tindakan biasa. Ini adalah jeritan dari rakyat yang muak karena terus diabaikan. Infrastruktur jalan adalah kebutuhan dasar, bukan kemewahan,” tegasnya.
Tak hanya jalan berstatus provinsi, kondisi ruas jalan yang menjadi tanggung jawab pemerintah kabupaten juga disebut sangat memprihatinkan. Hal itu, kata Asten, mencerminkan buruknya prioritas pembangunan di daerah.
“Sudah beberapa kali saya menyuarakan hal ini kepada pemerintah daerah, namun tidak ada respons. Pemerintah seolah tuli terhadap suara rakyat,” tambahnya.
Asten juga mempertanyakan komitmen pemerintah yang dinilainya lebih sibuk merancang proyek-proyek mercusuar dibanding memenuhi kebutuhan dasar masyarakat.
“Apakah pemerintah menunggu rakyat berjuang sendiri baru kemudian bergerak? Atau memang sengaja menutup mata terhadap kenyataan di lapangan?” tanyanya dengan nada kecewa.
Ia pun mendesak Bupati Kupang agar membuka mata dan berpihak pada kebutuhan rakyat kecil, khususnya dalam bidang infrastruktur, kesehatan, dan pendidikan.
“Tolong perhatikan jalan-jalan di pedesaan. Ini bukan hanya soal mobilitas, tetapi soal akses pelayanan dasar. Jangan biarkan anak-anak sekolah harus berjalan kaki berjam-jam melewati jalan rusak,” ujarnya.
Lebih lanjut, Asten menyinggung rencana pembangunan lapangan sepak bola termegah di NTT, yang menurutnya tak sebanding dengan urgensi kebutuhan masyarakat.
“Untuk apa membangun lapangan sepak bola megah jika rakyat masih kesulitan lewat karena jalan rusak? Itu proyek ambisius yang tak menjawab kebutuhan nyata masyarakat,” katanya tegas.
Di akhir pernyataannya, Asten menegaskan bahwa pembangunan seharusnya berpijak pada kebutuhan dasar rakyat, bukan sekadar pencitraan atau proyek prestise.
“Percuma kita merencanakan hal-hal besar jika rakyat masih menangis karena tidak bisa akses jalan. Jalan adalah urat nadi kehidupan mereka. Itu yang mestinya jadi prioritas,” tutupnya.
Reporter: Djohanes bentah