Perguruan Tinggi Indonesia di Persimpangan: Antara Tuntutan Riset dan Kondisi Lapangan

Redaksi
November 19, 2025, November 19, 2025 WIB Last Updated 2025-11-19T14:48:25Z
Jakarta,neodetik.com ,_Isu transformasi perguruan tinggi dari teaching university menuju research university kembali menjadi bahan diskusi setelah pernyataan Prof. Stella, yang menegaskan bahwa negara-negara maju meninggalkan pola pengajaran tradisional dan beralih pada riset sebagai fondasi utama. Pernyataan tersebut memunculkan refleksi penting mengenai kesiapan Indonesia dalam menempuh perubahan serupa.

Prof Stella menegaskan bahwa negara-negara dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat biasanya menempatkan riset sebagai inti dari perguruan tinggi mereka. Pernyataan ini relevan, terutama ketika Indonesia berupaya meningkatkan daya saing nasional melalui penelitian dan inovasi.

Namun, saat wacana tersebut dikaitkan dengan kondisi nyata di lapangan, muncul sejumlah persoalan yang perlu dipahami secara mendalam. Perguruan tinggi di Indonesia berada dalam posisi sulit: di satu sisi, mereka dituntut untuk meningkatkan kualitas riset, tetapi di sisi lain, masih banyak keterbatasan yang struktural dan tidak mudah diatasi. Transformasi ke arah research university bukan sekadar perubahan nama atau istilah, melainkan sebuah perubahan budaya, pendanaan, kebijakan, dan kesejahteraan para akademisi.

Tulisan ini mencoba mengurai berbagai persoalan tersebut, agar dapat memberikan gambaran menyeluruh mengenai tantangan yang dihadapi perguruan tinggi Indonesia dalam menjalankan visi besar tersebut.

Kebijakan dan Realitas: Jarak yang Perlu Dijembatani
Kebijakan nasional sering memiliki visi besar. Gagasan untuk mengembangkan research university sejalan dengan strategi pembangunan jangka panjang Indonesia. Tapi, kenyataannya, kebijakan tersebut tidak selalu seirama dengan kondisi di lapangan. Dalam konteks pendidikan tinggi, perbedaan kapasitas antar universitas sangat mencolok.

Universitas besar umumnya memiliki sumber daya yang lebih memadai, baik dari segi pendanaan, infrastruktur, maupun kapasitas dosen. Sebaliknya, universitas kecil dan yang tersebar di daerah masih menghadapi berbagai persoalan dasar, seperti keberadaan dosen tetap, fasilitas pembelajaran, dan stabilitas anggaran operasional. Ketika kebijakan diterapkan secara seragam, ada universitas yang kesulitan memenuhi standar yang diharapkan.

Jika Indonesia ingin menuju ke model research university, pemetaan kapasitas setiap perguruan tinggi harus dilakukan secara mendetail. Setiap universitas memiliki tantangan dan titik berangkat yang berbeda. Penerapan kebijakan yang terlalu umum berisiko mengabaikan perbedaan ini.

Realitas Kesejahteraan Dosen: Pengajaran sebagai Prioritas Utama
Salah satu pilar utama research university adalah dosen yang mampu menyeimbangkan kegiatan pengajaran dan riset. Tapi, kenyataannya, di Indonesia banyak dosen harus mengajar di lebih dari satu universitas demi memenuhi kebutuhan hidup mereka. Berdasarkan laporan media, ada dosen yang bergaji di bawah Rp3 juta, sehingga harus mencari penghasilan sampingan.

Kondisi ini membuat dosen terjebak dalam beban kerja pengajaran yang sangat tinggi. Ketika mereka harus mengajar dalam jumlah besar, waktu untuk membaca, meneliti, dan menulis menjadi terbatas. Riset membutuhkan konsentrasi dan ketenangan, sementara beban mengajar yang berat membuat ruang intelektual para dosen semakin menyempit.

Jika kesejahteraan dosen tidak diperbaiki, harapan untuk meningkatkan produktivitas riset akan sulit terwujud. Perubahan menuju research university harus didasarkan pada dasar berupa kesejahteraan, bukan hanya target publikasi.

Pendanaan Riset: Antara Harapan dan Penyesuaian Anggaran
Pendanaan riset menjadi salah satu komponen utama dalam membangun perguruan tinggi berbasis riset. Di Indonesia, dana penelitian masih terbatas dan sering kali tidak sebanding dengan kebutuhan riil. Selain itu, proses pengajuan hibah penelitian dianggap berjenjang dan panjang. Banyak peneliti menghabiskan waktu lebih banyak untuk menyiapkan laporan administratif ketimbang merancang dan menjalankan riset yang substansial.

Dalam beberapa tahun terakhir, pengawasan terhadap dana hibah juga semakin ketat. KPK dan BPK turun tangan untuk mengawasi penggunaannya, termasuk dalam mengatasi praktik kecurangan dana riset. Hal ini membuat proses pengajuan hibah semakin hati-hati dan rumit. Tambahan lagi, laporan mengenai efisiensi anggaran riset sering muncul di media, yang menandakan bahwa universitas semakin terbatas ruang geraknya dalam mengembangkan riset jangka panjang.

Tanpa pendanaan yang stabil dan berkelanjutan, sulit bagi perguruan tinggi untuk menjalankan transformasi menjadi research university secara konsisten.

Lulusan dari Luar Negeri: Harapan Tinggi, Penempatan Tak Selalu Tepat
Banyak akademisi Indonesia melanjutkan studi di luar negeri, baik melalui beasiswa pemerintah maupun swasta. Mereka kembali dengan keahlian yang dibangun melalui berbagai studi dan penelitian bertahun-tahun. Sayangnya, tidak semua mereka ditempatkan sesuai bidang keahliannya di perguruan tinggi.

Beberapa laporan menyebutkan bahwa banyak lulusan luar negeri yang ditempatkan di bidang administrasi atau mengajar mata kuliah yang tidak sesuai dengan latar belakang akademik mereka. Sementara itu, universitas berupaya meningkatkan publikasi serta inovasi ilmiah. Ketidaksesuaian penempatan ini menimbulkan pertanyaan tentang efektivitas kebijakan dalam menempatkan SDM yang berkualitas.

Kalau Indonesia ingin memperkuat riset, tenaga ahli harus ditempatkan sesuai bidangnya. Penempatan yang tidak tepat bukan hanya menghambat kontribusi akademisi, tetapi juga merugikan institusi dalam jangka panjang.

Infrastruktur Penelitian: Kendala yang Tak Bisa Diabaikan
Selain SDM dan dana, infrastruktur untuk penelitian juga menjadi faktor penting dalam membangun research university. Beberapa perguruan tinggi besar sudah memiliki laboratorium memadai, fasilitas uji coba, perpustakaan digital, dan jaringan internasional. Namun di universitas kecil, terutama yang tersebar di daerah, masih menghadapi banyak keterbatasan.

Akses terhadap jurnal ilmiah berbayar menjadi tantangan besar. Banyak laboratorium yang masih menggunakan alat usang dan belum memiliki fasilitas standar untuk riset tingkat lanjut. Ketimpangan infrastruktur ini menyebabkan kualitas dan intensitas riset tidak merata di seluruh perguruan tinggi.

Jika infrastruktur riset tidak diperbaiki secara menyeluruh, upaya membangun research university hanya akan berjalan di perguruan tinggi tertentu saja, sementara yang lain tertinggal jauh.

Transformasi Sistemik: Bertahap Mengurai Hambatan
Untuk mewujudkan research university, diperlukan perubahan sistemik yang menyeluruh. Beberapa langkah yang harus diambil antara lain:

a. Peningkatan kesejahteraan dosen
b. Pendanaan riset yang berkelanjutan
c. Penempatan SDM sesuai keahlian
d. Peningkatan infrastruktur penelitian
e. Penguatan budaya akademik

Penutup: Perjalanan Panjang Menuju Research University
Perguruan tinggi Indonesia saat ini berada di persimpangan. Di satu sisi, tuntutan untuk meningkatkan kualitas riset semakin besar. Di sisi lain, kondisi nyata di lapangan masih penuh tantangan. Transformasi menuju research university bukanlah hal yang bisa terjadi dalam waktu singkat, tetapi memerlukan langkah bertahap dan terencana.

Jika seluruh komponen bergerak secara harmonis, maka peluang untuk perkembangan perguruan tinggi yang lebih kuat akan terbuka. Perubahan tersebut memerlukan kerja sama yang sungguh-sungguh, bukan sekadar slogan. Visi besar harus didukung oleh kerja nyata dari seluruh ekosistem akademik dan kebijakan yang berkelanjutan.

Daftar Referensi

1. Inilah.com.
Stella Ungkap Rumus Negara Maju: Tinggalkan Teaching University, Beralih ke Research University.
https://www.inilah.com/wamendikti-stella-ungkap-rumus-negara-maju-tinggalkan-teaching-university-beralih-ke-research-university

2. Unika Soegijapranata.
KPK dan BPK Ikut Awasi Riset Dosen: Praktik Kecurangan Dana Hibah Penelitian Makin Sulit.
https://www.unika.ac.id/riset/kpk-dan-bpk-ikut-awasi-riset-dosen-praktik-kecurangan-dana-hibah-penelitian-makin-sulit/

3. Kompas.id.
Efisiensi Anggaran Riset Perguruan Tinggi Diupayakan Kecil.
https://www.kompas.id/artikel/efisiensi-anggaran-riset-perguruan-tinggi-diupayakan-kecil

4. Tempo.co.
Mayoritas Gaji Dosen di Bawah Rp3 Juta, 76 Persen Terpaksa Kerja Sampingan.
https://www.tempo.co/ekonomi/mayoritas-gaji-dosen-di-bawah-rp-3-juta-spk-76-persen-terpaksa-kerja-sampingan-62716

5. Kompas.id.
Dosen Mentereng dari Luar Negeri, Remuk Redam Nasibnya.
https://www.kompas.id/artikel/dosen-mentereng-dari-luar-remuk-redam-nasibnya

6. Validnews.id.
Lulusan Bekerja Tak Sesuai Jurusan: Cerminan Pendidikan Tinggi Indonesia.
https://validnews.id/opini/lulusan-bekerja-tak-sesuai-jurusan-cerminan-pendidikan-tinggi-indonesia

Novita sari yahya
Komentar

Tampilkan

  • Perguruan Tinggi Indonesia di Persimpangan: Antara Tuntutan Riset dan Kondisi Lapangan
  • 0

Terkini

Pimpinan