Kegiatan salat Iduladha tersebut dihadiri Gubernur BI Perry Warjiyo, S.E., M.Sc., Ph.D, Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti dan anggota Dewan Gubernur BI lainnya.
Dalam khutbahnya, Irfan menyampaikan tiga pelajaran penting dari ibadah kurban. Pelajaran pertama, secara ruhiyah, semangat berkurban mencerminkan ketundukan dan keridhoan terhadap segala ketentuan Allah SWT.
Irfan menjelaskan, ibadah kurban akan melahirkan pribadi yang memiliki komitmen dan semangat untuk mengorbankan segala yang dimiliki, demi tegaknya kalimat Allah di muka bumi. Ibadah kurban juga merupakan salah satu cara untuk menundukkan kecintaan berlebih seseorang terhadap dunia dan isinya. Jangan sampai seseorang dikendalikan oleh syahwat dunia, karena jika itu yang terjadi, maka yang akan timbul adalah berbagai kerusakan di atas bumi.
“Kurban melatih kita untuk senantiasa mendahulukan Allah dalam segala aktivitas dan kesempatan. Inilah diantara hikmah kisah Nabi Ibrahim AS ketika diperintahkan untuk menyembelih anaknya Nabi Ismail AS, bahwa ketundukan pada Allah harus berada di atas semua bentuk cinta kita pada dunia dan seisinya. Insya Allah rahmat dan keberkahan dari Allah akan turun menghampiri kita,” jelas Irfan.
Pelajaran kedua, ibadah kurban juga merupakan manifestasi dari rasa syukur terhadap nikmat yang telah Allah berikan. Hal itu sesuai firman Allah di dalam surat QS Al Kautsar ayat 1-3:
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu ni`mat yang banyak (1) Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah (2) Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus (3).”
Irfan mengatakan, semua karunia Allah yang melekat pada seseorang, harus dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin, bukan hanya bagi dirinya dan keluarganya, namun juga bagi sebesar-sebesarnya kemakmuran masyarakat. Pemanfaatan semua karunia Allah atas dirinya pada dasarnya mencerminkan rasa syukur yang hakiki.
“Jika seseorang dikaruniai kekuasaan, dikaruniai ilmu yang tinggi, dan dikarunia harta kekayaan yang berlimpah oleh Allah, lalu kemudian ia gunakan kekuasaan, ilmu dan hartanya tersebut untuk selalu menebar kebaikan dan mencegah kerusakan di atas muka bumi, maka pada hakekatnya ia adalah hamba yang bersyukur. Maka pasti akan Allah tambahkan nikmat-Nya untuknya. Sebaliknya, jika kekuasaan, ilmu dan harta tidak ia gunakan untuk menegakkan kalimat Allah, maka sesungguhnya ia termasuk ke dalam kelompok orang-orang yang kufur nikmat dan mendapat ancaman azab yang sangat dahsyat,” tegasnya.

Irfan mengingatkan, ketika rasa kufur nikmat ini terus menggunung, maka seseorang akan rentan terhadap kondisi yang disebut dengan istidraj. Ini terjadi ketika sikap kufur nikmat telah mencapai puncaknya. Ketika ia mendapatkan istidraj, yang akan terjadi adalah, semakin kufur seseorang, justru harta kekayaan, kekuasaan dan segala atribut keduniaan akan semakin mudah ia dapatkan. Makin jauh dari Allah, justru makin kaya dan makin berkuasa.
“Istidraj ini pada dasarnya merupakan salah satu bentuk siksaan Allah yang diberikan dalam bentuk kenikmatan dan kesenangan duniawi. Hal ini berbeda dengan konsep ujian dan cobaan, dimana ujian/cobaan ini tujuannya adalah untuk melahirkan pribadi yang sabar dan semakin dekat dengan Allah SWT,” ungkapnya.