![]() |
Oleh : Irwan Daulay ( Pemerhati Peradaban Islam ) |
Medan , Mandailing Natal
neodetik.com
Amerika Serikat dan Zionis Israel tampaknya belum belajar dari sejarah. Mereka terus menerus menyangka bahwa umat Islam bisa dikalahkan hanya dengan kekuatan militer, embargo, atau propaganda. Padahal, selemah-lemahnya umat Islam, mereka tidak pernah menyerah ketika di dadanya masih bergemuruh api jihad.
Lihatlah Iran. Selama puluhan tahun dijatuhi sanksi ekonomi, diisolasi secara politik, dan dijadikan target militer. Tapi negeri itu tidak runtuh. Justru yang terjadi sebaliknya: Iran tumbuh menjadi kekuatan regional, pemimpin poros perlawanan yang menginspirasi bangsa-bangsa tertindas.
Di Yaman, kaum mu'minin Houthi—yang hanya bersenjatakan tekad dan keberanian—mampu melawan koalisi militer negara-negara kaya dan kuat yang dipersenjatai Barat. Jihad mereka bukan karena ambisi politik, tapi karena kesadaran spiritual bahwa hidup mulia bersama Islam lebih baik daripada hidup mewah dalam kehinaan.
Lihat juga Gaza. Hamas berdiri di atas puing-puing pembantaian, namun terus berjuang dengan harga yang tak terbayangkan. Generasi demi generasi tumbuh dengan keberanian, bukan ketakutan. Tiap bom yang dijatuhkan Israel melahirkan mujahid baru yang lebih berani.
Dan jangan lupakan Hizbullah di Lebanon. Mereka adalah bukti bahwa kelompok kecil, bila memiliki iman yang benar dan keyakinan pada jihad, dapat mengalahkan pasukan raksasa. Pada tahun 2006, Hizbullah membuat Israel mundur. Itu bukan karena senjata canggih, tapi karena kekuatan spiritual, disiplin, dan jihad yang tulus.
Musuh-musuh Islam berkali-kali gagal memahami satu hal penting: umat Islam memiliki senjata yang tidak dapat dihancurkan oleh misil atau drone — yaitu jihad fi sabilillah.
Ini bukan slogan. Ini adalah realitas sejarah. Umat ini tidak pernah benar-benar kalah. Ketika satu gugur, sepuluh bangkit. Ketika ditindas, mereka justru bersatu. Jihad bukan sekadar perang fisik — ia adalah kesadaran, pengorbanan, dan loyalitas penuh kepada Allah SWT.
Selama api jihad masih menyala di dada kaum Muslimin — dari Teheran, Sana’a, Gaza, hingga Beirut Selatan — maka kekuatan ini tidak akan pernah bisa ditaklukkan.
Pertanyaannya, apakah kita memilikinya?
( Kaperwil Sumut / Tega Kurnia)